Minggu, Desember 07, 2008

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Abstract
The development research could be a relatively new kind of educational/instructional study in Indonesia. The aim of this study to provide educational/instructional products that could bridge between researchers and practitioners. Therefore practitioner just implement the result of the study in their educational/instructional activities This development research consists of need assessment, product development, try-out or product sampling test and revision. Theoretically its aim to provide any product needed by user (society)

A. Pendahuluan
S eiring dengan diberlakukannya kebijaksanaan otonomi daerah pada awal tahun 2001, maka tuntutan akan penelitian yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan/diterapkan oleh masyarakat/daerah semakin terasa. Hal ini berkaitan dengan sinyalemen yang menyatakan bahwa pada saat ini terdapat kesenjangan antara penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi (yang kebanyakan berorientasi pada penelitian dasar untuk mengembangkan teori), dengan kebutuhan masyarakat terhadap penelitian yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan (Lembaga Penelitian Univ. Negeri Malang, 2001: 3).

Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, maka jenis penelitian pengembangan (research and development) merupakan jawaban yang tepat. Hal ini karena penelitian pengembangan bukanlah penelitian yang dimaksudkan untuk menemukan teori, melainkan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Produk dalam kaitannya dengan pendidikan dan pembelajaran bisa berupa kurikulum, model, sistem managemen, sistem pembelajaran, bahan/media pembelajaran dan lain-lain. Dengan dihasilkannya berbagai produk pendidikan/ pembelajaran, maka pihak-pihak yang berkepentingan tinggal menerapkan produk produk tersebut dalam kegiatan pendidikan/pembelajaran.

Untuk mengembangkan produk-produk pendidikan/pembelajaran, perlu ditempuh melalui sebuah pendekatan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar produk-produk yang dihasilkan merupakan produk yang layak untuk dimanfaatkan dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan

B. Hakekat Penelitian Pengembangan
Untuk lebih memahami hakekat dari jenis penelitian dan pengembangan (research and development) perlu dikemukakan tiga hal yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain dalam upaya pemecahan masalah-masalah pendidikan/pembelajaran.

Tiga hal tersebut adalah penelitian (research), evaluasi (evaluation) dan pengembangan (development). Gephart (1972 : 3) menjelaskan tentang tiga hal tersebut bahwa proses penelitian tujuannya untuk menemukan/mengetahui sesuatu (need to know), proses evaluasi bertujuan untuk menentukan pilihan (need to choose), dan proses pengembangan bertujuan untuk menemukan suatu cara/metode yang effektif (need to do). Perlu penulis ditambahkan di sini bahwa dalam evaluasi terkandung kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan informasi tentang sesuatu hal yang bersifat ilmiah, yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

Asim (dalam ceramahnya pada saat Pelatihan dan Lokakarya Nasional tentang Metodologi Penelitian Pengembangan di Batu-Malang tanggal 23 - 25 Februari 2001) menjelaskan bahwa: “Kalau kita ingin membuat atau menemukan suatu teori, maka perlu melakukan penelitian, ingin mengetahui apakah sesuatu itu baik atau buruk, perlu melakukan evaluasi dan kalau ingin memproduksi atau memperbaiki sesuatu maka perlu melakukan penelitian pengembangan”.

Setelah diperoleh gambaran tentang perbedaan ketiga hal tersebut, selanjutnya apa yang dimaksud dengan penelitian pengembangan. Borg and Gall (1983) memberikan batasan tentang penelitian pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Asim (2001: 1) bahwa penelitian pengembangan dalam pembelajaran adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam proses pembelajaran. Suhadi Ibnu (2001: 5) memberikan pengertian tentang penelitian pengembangan sebagai jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan suatu produk hard-ware atau soft-ware melalui prosedur yang khas yang biasanya diawali dengan need assesment, atau analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan proses pengembangan dan diakhiri dengan evaluasi.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian pengembangan di bidang pendidikan merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk-produk untuk kepentingan pendidikan/pembelajaran yang diawali dengan analisis kebutuhan dilanjutkan dengan pengembangan produk, kemudian produk dievaluasi diakhiri dengan revisi dan penyebaran produk (disseminasi).

C. Kegiatan-kegiatan Penting Dalam Penelitian dan Pengembangan
Dwiyogo (2001 : 1) mengemukakan tiga hal penting yang harus dilaksanakan dalam kegiatan penelitian pengembangan yaitu menganalisis kebutuhan, mengembangkan produk dan menguji coba produk. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu (2001: 5), namun menurut Asim (2001: 2), ketiga langkah tersebut masih perlu dilengkapi langkah yang keempat, yaitu diseminasi (penyebaran) produk.

1. Analisis Kebutuhan (Need Assesment)
Analisis Kebutuhan (Need Assesment) merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam kegiatan penelitian di bidang pengembangan. Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan guna mengatasi masalah yang ditemui dalam kegiatan pendidikan/pembelajaran. Dengan demikian diharapkan produk yang dihasilkan benar-benar produk yang sesuai dengan kebutuhan (based on need). Kaufman dkk. (1993:5) menjelaskan bahwa kebutuhan pada hakekatnya merupakan kesenjangan (gap) antara keadaan yang seharusnya (ideal) dengan kenyataan yang ada. Sebagai contoh untuk menyiapkan peserta didik yang lulusannya siap bersaing di arena global setiap sekolah di Indonesia seharusnya diberikan fasilitas untuk bisa akses ke internet.

Sedangkan kenyataanya baru sekolah di kota-kota besar saja yang dilengkapi fasilitas internet. Dengan demikian fasilitas untuk bisa akses ke internet merupakan kebutuhan (need) bagi setiap sekolah di Indonesia. Kebutuhan dalam konteks pendidikan/pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam yaitu kebutuhan yang langsung dirasakan oleh peserta didik, kebutuhan yang dirasakan oleh pihak-pihak lain (misalnya para pakar bidang pendidikan dan pembelajaran, para guru, pemerintah, masyarakat dan lain-lain), dan kebutuhan yang ingin diterapkan karena adanya sumber-sumber pendukung setempat (Waldopo, 1999 : 8). Namun demikian kebutuhan bisa juga merupakan perpaduan dari ketiga hal tersebut. Oleh karena itu dalam pengumpulan data untuk kepentingan analisis kebutuhan di samping meminta masukan secara langsung dari calon peserta didik yang akan menjadi sasaran, juga perlu meminta masukan dari pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya. Sebagai contoh ketika Pustekkom melakukan studi tentang analisis kebutuhan Diklat bagi guru-guru SD melalui Siaran Radio Pendidikan (Diklat-SRP), di samping meminta masukan langsung dari para guru yang bersangkutan juga meminta masukan dari pemerintah (Direktur Ditgutentis, Direktur Ditdikdas, Para Kepala Bidang Dikdasgu) para pakar/pengamat bidang pendidikan, para kepala SD, serta para tokoh PGRI (Habib dkk, : 2000).
Contoh lainnya, ketika banyak terlihat adanya fenomena kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat seperti narkoba, perampokan, pemerkosaan, tawuran antar pelajar, perkelahaian antara warga, pertikaian antar etnis dan lain-lain maka pemerintah (Depdiknas) dan para pakar pendidikan/pembelajaran merasakan adanya suatu kebutuhan akan bentuk/ model pendidikan moral (budi pekerti) yang cukup menarik efektif dan efisien.

2. Mengembangkan Produk
Pada langkah ini, produk yang akan dimanfaatkan dalam kegiatan pendidikan/pembelajaran harus dikembangkan lebih dahulu. Untuk mengembangkan produk tersebut diperlukan keterlibatan dari berbagai pakar. Sebagai contoh bila kita ingin mengembangkan program-program pendidikan Budi Pekerti bagi anak-anak usia SD melalui TV, diperlukan keterlibatan banyak pakar seperti pakar pendidikan, pakar media pembelajaran, psikolog, pakar komunikasi, ahli ceritera anak-anak, para praktisi produksi media televisi dan lain-lain, agar program tersebut menarik untuk ditonton dan sekaligus pesan moralnya dapat diserap oleh pemirsanya. Tentu hal ini akan membutuhkan kemampuan managerial yang cukup tinggi serta biaya yang tidak sedikit, namun jika kita mengingat akan dampak (jangka panjang) yang akan ditimbulkan yaitu pembentukan kharakter dan perbaikan moral bangsa (nation and character building) , tentu hal ini tidaklah mahal. Di samping itu mengingat kemampuan media televisi yang sangat luar biasa dalam mempengaruhi sikap dan perilaku pemirsanya dan dalam waktu yang bersamaan dapat ditonton oleh sejumlah orang yang tidak terbatas jumlahnya, maka hal tersebut secara teoritis menjadi tidak mahal, bahkan boleh dikatakan sangat murah (Perin, 1977: 8).

3. Ujicoba Produk
Produk pendidikan/pembelajaran yang telah dihasilkan sebelum dimanfaatkan secara massal perlu dievaluasi terlebih dahulu yaitu dengan diujicobakan. Ujicoba ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan dan koreksi tersebut, produk tersebut direvisi/diperbaiki.
Ada tiga kelompok penting yang perlu dijadikan subyek ujicoba produk penelitian pengembangan yaitu: para pakar, sasaran kelompok kecil dan kelompok besar yang sifatnya lebih heterogen.
a. Ujicoba kepada para pakar (Expert Judgement)
Kepada para pakar diminta untuk mencermati produk yang telah dihasilkan, kemudian mereka diminta untuk memberikan masukan-masukan tentang produk tersebut. Berdasarkan masukan-masukan dari para pakar produk tersebut direvisi. Seyogyanya para pakar yang sejak awal sudah terlibat itulah yang diminta untuk mencermati program.
b. Ujicoba kepada kelompok kecil (Small Group Try-out)
Kumpulkan sekitar 10 hingga 15 anak (yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan peserta didik yang akan menjadi target sasaran program atau main audience) untuk menonton tayangan program, kemudian mereka diminta memberikan komentar/masukan tentang program yang baru saja mereka tonton. Berdasarkan masukan-masukan dari small group ini program direvisi. Sebagai contoh jika yang menjadi sasaran utamanya anak-anak usia SD, maka ujicoba program juga diberikan kepada siswa-siswa SD.
c. Ujicoba Lapangan (Field Try-out)
Ujicoba pada tahap ini diberikan kepada jumlah anak yang banyak dengan subyek yang lebih heterogen.
Kalau ujicoba kepada para pakar dan kelompok kecil bisa dilakukan oleh pihak intern yang terlibat dalam kegiatan penelitian pengembangan, maka ujicoba lapangan sebaiknya dilakukan oleh pihak luar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga obyektifitas dari kesimpulan yang dihasilkan. Sebagai contoh ketika Pustekkom Depdiknas melakukan ujicoba lapangan tentang penayangan program Pendidikan Budi Pekerti melalui Serial Sinetron Laskar Anak Bawang (LAB), maka dalam pelaksanaannya Pustestekkom bekerja sama dengan IFES dan LP3 ES. (Pustekkom, IFES dan LP3ES : 2000)

Masukan-masukan dari hasil ujicoba lapangan inilah yang menjadi dasar terakhir bagi perbaikan dan penyempurnaan produk. Setelah diperbaiki sesuai masukan dari lapangan, maka produk dianggap final dan siap untuk disebarkan atau dimanfaatkan secara massal.

4. Penyebaran (Disemination)
Sebenarnya setelah langkah ujicoba lapangan dan produk telah diperbaiki dan disempurnakan sesuai masukan-masukan yang diperoleh dari kegiatan ujicoba (baik ujicoba dari para pakar, ujicoba kelompok kecil maupun ujicoba lapangan), maka proses kegiatan penelitian pengembangan telah selesai. Hal ini karena penelitian telah menghasilkan produk yang dianggap final (final product), namun Asim (2001) berpendapat masih ada satu langkah lagi yang harus dijalankan yaitu penyebaran produk (disemination). Hal ini bisa dimengerti manakala orang berpendapat bahwa tidak akan banyak manfaatnya jika produk yang telah dikembangkan dengan susah payah dengan menghabiskan fikiran, tenaga dan biaya yang tidak sedikit, begitu selesai hanya ditumpuk dan sekedar menjadi bahan dokumentasi dan wacana saja tanpa disebarkan kepada warga masyarakat untuk dimanfaatkan.

Namun kalau hal ini akan dilaksanakan perlu dilakukan sebuah evaluasi summatif yaitu setelah pemanfaatan produk berjalan selama pereode tertentu perlu dilakukan suatu evaluasi untuk menilai apakah produk efektif dan efisien atau tidak, hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk menentukan apakah program tersebut diteruskan atau tidak. Evaluasi pada tahap ini disebut dengan evaluasi summatif. Sedangkan evaluasi pada tahap ujicoba pakar, kelompok kecil dan lapangan disebut dengan evaluasi formatif yang tujuannya untuk memperbaiki/menyempurnakan produk.

D. Proposal Penelitian Pengembangan
Proposal merupakan pedoman/petunjuk yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan penelitian pengembangan. Dalam proposal dikemukakan hasil analisis kritis dari berbagai sumber (baik yang bersifat teoritis maupun empiris) yang mengarah pada kesimpulan tentang perlunya penelitian dilaksanakan. Dalam proposal juga perlu dikemukakan tentang manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian. Manfaat di sini terutama yang berhubungan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Manfaat lain yang perlu dikemukakan adalah manfaat yang diperoleh bagi lembaga sebagai penyelenggara/sponsor kegiatan penelitian, serta untuk perkembangan khasanah penelitian khususnya penelitian yang berhubungan pengembangan produk-produk pendidikan dan pembelajaran.

Selengkapnya Dwiyogo (2001: 1-2) memberikan pedoman tentang kerangka penyusunan proposal penelitian pengembangan sebagai berikut:

Judul Penelitian
Bab I.
Pendahuluan, berisikan uraian tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan produk serta spesifikasi produk.

Bab II.
Kajian Pustaka, berisikan uraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan produk, terutama berkaitan dengan spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

Bab III.
Metode Pengembangan, berisikan uraian tentang Model produk yang akan dikembangkan serta ujicoba produk. Dalam ujicoba produk dikemukakan uraian tentang rancangan ujicoba, subyek ujicoba, instrumen pengumpul data dan teknik analisis data.

Bab IV.
Jadwal Kegiatan dan Anggaran
Dalam bab ini dikemukakan jadwal kegiatan yang berisi rincian kegiatan yang akan dilaksanakan berikut jadwal waktunya. Perlu dikemukakan pula tentang anggaran yang diperlukan dengan alasan singkat mengapa anggaran tersebut diperlukan. Kemudiann dirinci menjadi butir-butir anggaran dengan harga satuan.

Daftar Pustaka, berisikan daftar buku/bahan bacaan yang menjadi rujukan dalam penelitian. Perlu dicantumkan nama penulis, judul buku, edisi, penerbit, kota terbit dan tahun terbit.

E. Pelaksanaan Penelitian Pengembangan
Karena sifatnya yang berorientasi pada pengembangan produk pendidikan/ pembelajaran, maka pelaksanaan penelitian dapat dilakukan secara bertahap. Waktunya bisa satu tahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun atau bahkan lebih tergantung pada pentahapannya. Misalnya pada tahap I melaksanakan analisis kebutuhan, dilaksanakan pada tahun pertama. Tahap II mengembangkan produk, dilaksanakan antara tahun kedua sampai dengan tahun ketiga, tahap III ujicoba dan merevisi produk dilaksanakan pada tahun ke empat. Tahap IV penyebaran (diseminasi) produk dilaksanakan tahun kelima dan seterusnya. Dalam melaksanakan penelitian tentunya peneliti tidak dapat melaksanakannya sendirian, melainkan harus melibatkan berbagai pakar sesuai dengan jenis produk yang akan dikembangkan.

F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang bisa dikemukan sebagai kesimpulan dari tulisan ini yaitu:
a. Seiring dengan diberlakukannya kebijaksanaan otonomi daerah, maka tuntutan akan adanya sebuah penelitian yang hasilnya bisa langsung dimanfaatkan/ diterapkan semakin diperlukan. Untuk menjawab tuntutan ini, maka jenis penelitian pengembangan adalah salah satu jawaban yang tepat.
b. Penelitian pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan akan dihasilkannya sebuah produk.
c. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan bisa berupa kurikulum pendidikan/pembelajaran, sistem pengelolaan pendidikan/pembelajaran, sistem pendidikan/pembelajaran, media pendidikan/pembelajaran dan lain-lain.
d. Langkah-langkah penting yang perlu dilaksanakan dalam penelitian pengembangan adalah: menganalisis kebutuhan, mengembangan produk, mengujicobakan produk, menyempurnakan produk dan menyebarkan produk.

2. S a r a n
Dalam mengembangan produk-produk pendidikan dan pembelajaran hendaknya ditempuh melalui pendekatan Penelitian Pengembangan. Melalui pendekatan ini diharapkan produk-produk yang dihasilkan merupakan produk yang benar-benar dibutuhkan peserta didik dan layak untuk dimanfaatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asim, Dr. M.Pd, Sistematika Penelitian Pengembangan. Malang : Lembaga Penelitian-Universitas Negeri Malang, 2001.
Borg W.R. and Gall M.D., Educational Research : An Introduction, 4 th edition. London: Longman Inc., 1983.
Dwiyogo Wasis D Dr. M.Pd, Pelaksanaan Penelitian Pengembangan. Malang: Lembaga Penelitian-Universitas Negeri Malang, 2001.
______________, Proposal Penelitian Pengembangan. Malang: Lembaga Penelitian - Universitas Negeri Malang, 2001.
Gephart, William J, Toward a Taxonomy of Empirically-Based Problem Solving Strategies. Viscounsin: University of Viscounsin, 1972.
Habib, Zamris, Waldopo dan Bambang Warsito, Studi Tentang Analisis Kebutuhan Guru SD di Indonesia. Jakarta: Pustekkom Balitbang Depdiknas, 2000.
Kaufman, Roger, Alicia M, Rojas and Hanna Meyer. Need Assesment a User Guide. Englewood Cliffs New Jersey: Educational Technology Publications, 1993.
Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Laporan Akhir Studi Evaluasi Program Pendidikan Moral Melalui Televisi. Jakarta: Pustekkom, LP3ES dan IFES, 2000.
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang (UNM). Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Malang : Lemlit UNM, 2000.
Perin, Donald G. Instructional Television : Synopsis of Television in Education. New Jersey: Educational Technology Publications, 1977.
Suhadi, Ibnu, MA..Ph.D. Kebijakan Penelitian Perguruan. Malang: Lembaga Penelitian-Universitas Negeri Malang, 2001.
W a l d o p o. Modul Pelatihan Produksi Program Audio: Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio/Radio Pembelajaran. Jakarta: Pustekkom Depdiknas, 1999.

*) Penulis adalah Alumnus Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Kini bekerja sabagai staf teknis pada Bidang Pengembangan Sistem Pembelajaran Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

1 komentar: